Puisi: Benarkah yang Terbaik?


Mungkin ada seribu orang di kota ini
Pengemis, polisi, anak sekolah
Pegawai, tukang buah dan preman,
Berdesakan, berpeluh di terik panas
Suara mereka terdengar
Riuh, bergurau, melempar canda


Dalam diamku
Kulempar jauh pandang
Menatapi satu-satu raut wajah mereka
Diantara keterjepitan sandang, pangan, dan papan
Mereka masih berpikir
Tersenyum

Mentertawakan nasib sendiri

Kecewa
Itulah yang ada di dada mereka
Merasa perhatian tak ditumpahkan
Kemanakah janji-janji manis itu?

Dalam diamku
Aku berpikir
Mereka tak lagi bisa menunggu
Apa yang mereka inginkan?
Wewenang
Mereka ingin lepas
Bebas
Bebas beraspirasi
Bebas berprakarsa sendiri

Satu kata yang mereka inginkan
Untuk daerahnya
Untuk kotanya
Untuk kesejahteraannya
Ya, satu
Pemekaran

Ah.......
Itulah yang disebut puncak pencapaian?
Semudah itukah?

Badan-badan bimbang
Pertimbangan itu membuat gelisah
Patutkah mereka berotonom sendiri?
Tidakkah mereka melihat dampaknya?
Buruk, bertambah puruk
Tidak lebih dari yang mereka bayangkan
Semudah itukah?

Tersinggung

Lantas berkelahi
Beringas dan menikam
Anarkis
Bulanan massa dimana-mana
Merajalela
Menduduki jalanan
Terlentang
Berhamburan layak binatang jalang

Pada akhirnya
Percekcokan terjadi
Perpecahan dan kesenjangan
Itukkah yang disebut solusi?