Pidato: Peduli Coral


Assalamualaikum. Wr. Wb
Selamat pagi para hadirin. Salam sejahtera bagi kita semua.

Yang saya hormati Bapak Muliadi Tarigan, S Pd, serta teman-teman yang cintai dan saya banggakan, Labschool!

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya kita dapat berkumpul pada kesempatan ini dalam pidato pembukaan yang membahas tentang lingkungan kita.

Baru-baru ini, tepatnya Jum’at, 15 Mei 2009 lalu Bapak Presiden Republik Indonesia telah membuka konferensi bertaraf Internasional dengan sejumlah pimpinan-pimpinan di dunia dalam acara World Ocean Conference 2009 yang dilaksanakan di Manado, Sulawesi Utara. Konferensi tersebut salah satunya membahas tentang gagasan-gagasan dan usulan Presiden RI untuk membentuk Coral Triangle Initiative on Coral Reef atau sering disingkat dengan CTI.

Coral Triangle adalah sebuah “daratan” membentang mulai dari Filipina, Indonesia, Malaysia, Papua, New Guinea, Kepulauan Salomon, Timor Leste. Bentangan seluas 5,7 juta kilometer persegi ini membentuk segitiga karena itulah disebut Coral Triangle. Coral Triangle sangat special karena kaya dengan beragam makhluk hidup. Mulai dari ikan sampai dengan tumbuhan. Lebih dari 75% jenis Coral di dunia berada di kawasan ini. Selain itu sekitar 3.000 jenis spesies hidup di tempat ini. Di Coral Triangle ini pula terletak hutan bakau terluas di dunia. Tidak heran jika kawasan ini menjadi tempat favorite bagi ikan untuk berkembang biak. Lebih jauh dari itu, kawasan Coral Triangle juga menopang hajat hidup orang banyak. Tak kurang dari 120 juta orang bergantung pada Coral Triangle. Dan tentunya dunia luas juga memetik manfaat dari terawatnya kawasan ini. Sumbangan konkritnya adalah memberikan mata pencaharian dan sumber bahan makanan yang aman, tempat berkembang biaknya ikan tuna yang menyumbang miliaran dolar pada industri perikanan.

Kita telah mngetahui peran atau bagaimana coral itu berperan dalam kehidupan kita. Semakin jelas pula alasan kita untuk peduli akan kelestarian dari coral itu sendiri. Terumbu Karang (Coral Reef) tak hanya sedap dipandang. Meskipun hanya berupa gundukan berwarna-warni, perannya ternyata sangat besar bagi kelangsungan alam semesta.

Ada beberapa alasan mengapa kita harus peduli dengan perkembangan Coral Triangle. Pertama, Coral menjadi penyumbang besar dibidang kesehatan karena jadi tempat hidup lebih sejuta makhluk air dan sumber penelitian obat-obat baru. Beberapa obat yang amat berguna bagi manusia dikembangkan dari organisme yang hidup di Coral. Seperti untuk perawatan penyakit kardiovaskular, leukemia, kanker kulit, dan lainnya.

Kedua, Coral jadi satu-satunya tempat hidup berbagai makhluk laut. Artinya, kalau Coral sampai musnah, banyak biota laut yang ikut punah karena tak bisa hidup di tempat lainnya. Coral tersebut yang usianya telah mencapai lebih dari 240.000.000 tahun, membuatnya jadi ekosistem paling kompleks di muka bumi ini.

Ketiga, Coral bernilai ekonomis sangat tinggi. Bila dihitung secara kasar, nilai ekonominya bisa mencapai US$ 375 miliar, baik itu didapatkan dari ikan atau pariwisata.

Keempat, Coral juga berfungsi sebagai pelindung karena bisa menjadi benteng bagi ombak yang datang. Bila tak ada Coral, bisa dipastikan banyak bangunan dan pemukiman rentan karena hempasan gelombang badai. Lihat saja saat Maladewa membangun dinding pelindung, biayanya mencapai US$ 10 juta dolar per kilometer. Itu sebabnya, merawat terumbu karang juga berarti penghematan.

Para hadirin yang saya hormati dan saya cintai, kita sadar dengan ancaman yang telah menimpa kelangsungan terumbu karang, terlebih para ahli laut telah memperingatkan bahwa terumbu karang di dunia akan punah dan hancur pada 2050 bila tidak segera dilakukan langkah konkrit. Satu catatan yang tak kalah penting, Indonesia memiliki peran besar dalam pembenahan kondisi Coral dunia karena ada 33. 150 kilometer persegi dari total 51.000 kilometer persegi total Coral yang berada dalam kondisi kritis. Maka marilah kita peduli akan kelestarian terumbu karang dengan tidak pernah mencemarinya dengan bahan kimia yang berbahaya maupun melakukan hal-hal lain yang dapat membahayakan biota laut selain terumbu karang seperti dengan menangkap ikan menggunakan bahan kimia dan menangkap ikan menggunakan pukat harimau.

Karena pada dasarnya itu semua kembali pada diri kita masing-masing. Jika kita mempunyai kesadaran dan kemauan maka sesungguhnya jalan itu selalu ada untuk menjadi lebih baik.

Demikian pidato dari saya, terima kasih atas perhatian hadirin. Semoga dapat memotivasi dan memberikan kesadaran bagi kita untuk lebih peduli akan terumbu karang dan juga lingkungan. Saya mohon maaf apabila ada kata-kata saya yang kurang berkenan.

Wassalamualaikum Wr. Wb.