Pengalam Mengesankan! (Ujian Praktek)

Haloo teman-teman! Aku akan menceritakan pengalamanku ketika aku masih duduk di bangku taman kanak-kanak. Yaaaa.....ini semua berawal dari 8 tahun yang lalu. Hmm, umurku sekitar 4 tahun atau duduk di TK-A. Jika aku ingat-ingat peristiwa ini, aku tidak akan mau mengungkit-ungkit lagi. Sebab...sangat memalukan!

Hari itu..jatuh pada Hari Kartini tanggal 21 April. Pagi-pagi sekali, aku dan mamaku sudah siap-siap berangkat menuju sekolahku pada saat itu, TK CENDERAWASIH III yang letaknya tidak jauh dari rumahku. Kebetulan, TK Cenderawasih mengadakan pentas lomba busana daerah tingkat kelas yang disemarakkan oleh beberapa penyanyi cilik kondang pada saat itu. Tentu saja, temanya hari Kartini. Seminggu sebelum hari H, aku sempat menanyakan sesuatu kepada mamaku. Intinya, aku menanyakan baju seperti apakah yang harus kukenakan agar aku tampil maksimal pada hari Kartini. Mamaku mengatakan, tak perlu dandan seperti Kartini yang disanggul dan mengenakan adat Jawa. Asalkan, baju yang dikenakan tentunya sesuai dengan pakaian daerah dari seluruh suku bangsa Indonesia.

Akhirnya, aku menuruti saran mamaku saja. Tapi berhubung aku sangaaaaat tidak suka dandan, aku memintanya untuk mendandaniku dengan sangat minim. Bedak dan lipstick tipis. Pada awalnya mamaku menasihatiku, beliau mengatakan jangan terlalu minim bermolek ria saat mengenakan pakaian daerah. Sebab, tidak akan kelihatan mencolok atau biasa-biasa saja. Tetapi aku ngeyel, aku tidak peduli. Pikirku pada saat itu, aih mana mungkin anak TK seperti teman-temanku akan dandan yang agak heboh. Oleh karena itu, mamaku memilihkanku baju adat Minangkabau yang warnanya cerah agar aku tidak terlalu pucat. Aku memakai bandana yang kecil dan bawahan dari kain Minangkabau yang....agak sedikit berat. Ya! Itu saja aku sudah tidak suka dengan pakaiannya.

Ketika aku sampai di sekolah, aku bertemu dengan temanku, Devi. Ia anak yang pendiam, mukanya unik dengan rambut pendek model Bob yang di blow masuk ke dalam. Ia kelihatan sangat mencolok loh, teman. Sebab ia mengenakan pakaian adat Dayak! Ya! Kalian tahu kan pakaian khas dari Kalimantan Timur itu? Roknya panjang selutut, dengan atasan yang tidak berlengan dan ikat kepala yang sangaaaat unik. Plus ia membawa tombak dan bambu. Aku berpikir ia terlalu berlebihan.

Pukul menunjukkan pukul 09.00. Aku siap-siap akan berlenggang ria di depan panggung untuk acara pentas seni budaya yang sebetulnya aku kurang suka. Maklum, dahulu aku tomboy bukan main. Rasanya malaaas sekali memakai rok atau semacamnya. Setelah aku maju ke depan panggung, aku istirahat sebentar sambil menunggu pengumuman. Sebetulnya aku memang kurang niat untuk bagian pakaiannya, tapi tidak tahu kenapa aku sangaaaaaaat terobsesi dengan trophy atau pialanya. Aku benar-benar mengharapkan piala itu.

Selang menunggu kurang lebih sejam, pengumuman pemenangpun diumumkan oleh ibu-ibu panitia humas melalui pengeras suara. Semua orang hikmat mendengarkannya. Sangat disayangkan....aku tidak menang. Beruntung sekali loh yang memenangkannya. Yaaaa, kalian tahu siapa? Siapa lagi kalau bukan Devi!

Hmm, aku kecewa sekali karena aku tidak menang. Tetapi aku ikut senang Devi menjadi pemenang. Ya tentu saja, dia temanku gituu. Walau bagaimanapun keadaan yang meriah pada saat itu, dalam hati aku merasaaa seperti ditusuk tombak dan dipanah dengan gurdi mata panah. Sampai pada akhirnya.....aku tidak kuasa menahan tangisku dan jadilah aku menangis menggebu-gebu. Hahaha! Langsung saja mamaku kaget dan menanyakan sebabnya. Aku tetap menangis sejadi-jadinya sampai menendang-nendang kursi yang ada di depanku! Sungguh terlalu.. Aku merengek sekeras mungkin sampai membuat bingung guru-guruku. Sudah dinasihati dan ditegarkan, tetap saja aku menangis dengan mengeluarkan suara yang keras. Semua mata tertuju padaku. Aku tahu ini pengalaman pertamaku dan semua teman-teman seangkatanku. Oleh karena itu, tidak aku saja yang menangis, teman-teman yang
tidak menang juga ikut menangis. Tetapi tetap saja aku yang paling heboh!! Heboh dalam arti kata histerisnya karena kalah loh, teman. Hahaha, pada saat itu aku tidak malu sedikitpun..tidak peduli wajah-wajah bingung guru-guruku.


Tiba-tiba saja..ada piala yang menghampiriku. Mm, maksudku dibawa oleh seseorang ya. Aku tidak mengerti saat itu, karena aku masih berlinang air mata. Ketika dijelaskan, ternyata piala itu diperuntukkan untukku. Spontan saja wajahku berseri-seri dong, dan kembali segar seperti sedia kala. Hahaha! Padahal aku tidak diberitahu loh aku menang lomba dalam kategori apa. Setelah dengan cermat kuperhatikan, ternyata tidak tertulis apapun predikat tentang lomba yang aku menangkan. Di piala itu tidak ada tulisan apapun, melainkan hanya sebuah piala yang plakat predikatnya belum ada. Jadi, aku menerima piala yang sangat standar. Tidak ada keterangan apapun, hanya bentuk piala lonjong berwarna keemasan yang sanggup membuat tangisku mereda. Ya!! Aku menerima piala kosong, yang berarti bukan penghargaan apapun. Berhubung dahulu aku tidak mengerti, aku santai-santai dan senang-senang saja. Toh judulnya piala. Sama-sama berwarna keemasan dan tinggi lonjong. Tak peduli apa predikatnya. Akhirnya...kubawa pulang deh piala setengah jadi itu! Tidak peduli deh kata orang tentang piala tak berketerangan itu, ckckckck. Sayangnya setelah aku sudah lupa, mamaku mengembalikannya ke pihak sekolah. Ya sudah, batal deh aku punya piala. Hahaha! Yang penting aku sudah pernah memegang anugerah dari piala itu. Piala yang membuat kenangan tersendiri, yaitu kepuasan dan kebanggaan diri karena menerima piala tak berjudul itu. Hihihi.